Pemerintah Selandia Baru mengumumkan tidak akan mewajibkan pelancong dari China melakukan tes Covid 19 pada saat kedatangan. Kebijakan ini melawan tren yang sedang terjadi di sejumlah negara. Menteri Covid 19 Selandia Baru, Ayesha Verrall mengatakan penilaian risiko kesehatan masyarakat menyimpulkan pelancong dari China tidak akan berkontribusi secara signifikan terhadap jumlah kasus di Selandia Baru.

"Risiko kesehatan masyarakat di Selandia Baru sangat kecil," ucap menteri tersebut. "Pejabat melakukan penilaian risiko kesehatan masyarakat skenario jumlah kasus potensial di antara pelancong dari China," imbuhnya. "Ini mengonfirmasi bahwa pengunjung ini tidak akan berkontribusi secara signifikan terhadap jumlah kasus Covid kami yang berarti pembatasan masuk tidak diperlukan atau dibenarkan," bebernya.

Dilansir , pihak berwenang meminta beberapa pelancong dari China untuk melakukan tes sukarela untuk mengumpulkan lebih banyak data. Hal tersebut menurut Verrall mencerminkan keprihatinan Selandia Baru bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang kurangnya informasi yang dibagikan oleh China. Sejumlah negara, termasik Australia, Inggris Raya, dan Amerika Serikat (AS) mewajibkan pelancong dari China menunjukkan hasil tes Covid 19 negatif.

Pemerintah khawair tentang skala wabah dan skeptisisme terhadap statistik kesehatan Beijing. China mengkritik langkah langkah ini sebagai tindakan diskriminatif. Pejabat kesehatan dari 27 anggota Uni Eropa akan bertemu pada hari Rabu untuk membangun tanggapan terkoordinasi terhadap implikasi peningkatan perjalanan dari China.

Sebagian besar negara UE mendukung pengujian COVID pra keberangkatan untuk pelancong dari China, kata Komisi Eropa pada Selasa (3/1/2023). China, yang sebagian besar tertutup dari dunia sejak pandemi dimulai pada akhir 2019. Beijing akan berhenti mewajibkan pelancong yang datang untuk karantina mulai 8 Januari.

Semua kedatangan internasional di Selandia Baru diminta untuk melakukan tes jika mereka menunjukkan gejala. Selandia Baru juga menyediakan tes gratis di bandara. Saat China bersiap untuk mencabut pembatasan perbatasannya sendiri pada 8 Januari mendatang, berikut adalah negara negara yang jusru mengumumkan pembatasan di negara mereka terhadap pelancong dari China, dikutip dari

Italia termasuk negara pertama yang mengumumkan persyaratan masuk baru bagi pelancong yang datang dari China. Menteri kesehatannya mengumumkan pada 28 Desember bahwa semua penumpang maskapai akan dikenakan pengujian Covid 19 wajib pada saat kedatangan. Pada 28 Desember, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengumumkan bahwa AS akan mewajibkan pelancong yang datang dari China, Hong Kong, dan Makau untuk menunjukkan tes negatif COVID 19.

Tes negatif harus didapatkan tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan. Pembatasan baru, yang mulai berlaku pada 3 Januari, terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas kurangnya transparansi China atas wabahnya. Mulai 5 Januari, pemerintah Prancis mengumumkan akan mewajibkan pelancong dari China untuk menunjukkan tes COVID 19 negatif tidak kurang dari 48 jam sebelum keberangkatan.

Penumpang juga akan diminta untuk memakai masker dalam penerbangan dan menjalani tes acak pada saat kedatangan. Mulai 5 Januari, pelancong dari China ke Inggris akan diminta untuk menunjukkan tes COVID 19 negatif yang dilakukan tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan. Selain itu, sampel penumpang juga akan diuji pada saat kedatangan.

Mulai 3 Januari, pemerintah Spanyol akan mewajibkan pelancong yang datang dari China untuk memberikan tes COVID 19 negatif atau bukti vaksinasi. Untuk vaksinasi, Madrid mengatakan akan menerima vaksin apa pun yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia, termasuk Sinovac dan Sinopharm buatan China. Mulai 5 Januari, orang yang bepergian dari China, Hong Kong, dan Makau ke Australia akan diminta untuk menunjukkan tes COVID 19 negatif yang dilakukan dalam waktu 48 jam sebelum perjalanan.

“Ini adalah tindakan sementara yang mencerminkan kurangnya informasi komprehensif saat ini tentang situasi di China,” kata Menteri Kesehatan Australia Mark Butler. Mulai 5 Januari, semua pelancong udara di atas usia dua tahun yang tiba dari China, Hong Kong, dan Makau akan diminta untuk memberikan tes COVID 19 negatif tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan mereka atau bukti infeksi COVID 19 baru baru ini. Langkah langkah tersebut akan dinilai kembali setelah 30 hari, menurut badan kesehatan masyarakat Kanada.

Memakai masker dalam penerbangan akan sangat disarankan, tetapi tidak wajib. Jepang, yang merupakan salah satu negara pertama yang memberlakukan persyaratan masuk baru, mulai 30 Desember mewajibkan semua pelancong dari China (tidak termasuk Hong Kong dan Makau) untuk melakukan pengujian pada saat kedatangan. Mereka yang dites positif akan diminta untuk karantina selama tujuh hari.

Mulai 5 Januari, pelancong dari China akan diminta untuk menjalani tes COVID 19 sebelum dan setelah tiba di negara itu, pemerintah mengumumkan pada 30 Desember. Mulai 1 Januari, India mengumumkan akan mewajibkan pelancong yang tiba dari China dan Hong Kong, serta Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand, untuk memberikan bukti tes COVID 19 negatif tidak lebih dari 72 jam sebelum keberangkatan. Pada 30 Desember, pemerintah Malaysia mengumumkan akan mulai menyaring semua pelancong yang masuk dari China dan tempat lain yang mengalami demam.

Israel mengumumkan pada 30 Desember bahwa semua pelancong non Israel yang datang dari China akan menjalani tes PCR pra penerbangan yang dilakukan dalam waktu 72 jam sebelum keberangkatan. Mulai 3 Januari, semua pelancong dari China harus menyerahkan tes COVID 19 negatif dalam waktu 48 jam setelah keberangkatan, terlepas dari status vaksinasi mereka. Mulai 3 Januari, semua pelancong dari China tanpa memandang kewarganegaraan akan dilarang memasuki Maroko.

Pengumuman ini adalah tindakan paling ketat yang pernah dilakukan oleh negara mana pun dalam menanggapi lonjakan kasus di China.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *